
(Penulis: Rhea Ilham Nurjanah)
Saya terinspirasi oleh seorang rekan kerja dahulu. Dia selalu bekerja keras seolah tiada jeda. Seringkali terlihat kerepotannya membawa banyak tas berisi dokumen kantor.
“Mau dikerjakan di rumah semua, Mbak?” tanya saya ingin tahu saat itu.
“Mudah-mudahan. Daripada liburan banyak bengong di rumah. Lebih baik mengerjakan sesuatu,” jawabnya dengan gaya ceria.
Saya takjub melihatnya. Meski saat itu kami masih sama-sama jofisa alias jomblo fisabilillah, tetapi saya tak se-workoholic dirinya. Saat libur, ya libur. Memanjakan diri, bersantai-santai di rumah. Yaa, paling banter nyuci baju yang menjadi agenda rutin saat liburan tiba. Menonton, tidur siang lebih lama, dan sebagainya.
“Kan nggak dibayar, Mbak?” tanya saya lagi.
“Saya tahu. Nggak apa-apa, sih. Saya ikhlas.”
“Apa Mbak nggak bosan berjibaku dengan pekerjaan kantor melulu?” Saya semakin penasaran.
“Ya, nggak juga. Setiap selesai menuntaskan sebuah pekerjaan, saya akan menghadiahi diri sendiri.”
“Oh ya?” Kedua mata saya membesar mendengarnya.

“Iya. Coba, deh. Biasanya kita jadi lebih semangat. Bisa berupa apa aja. Belanja buku, beli es krim coklat porsi jumbo atau dobel porsi, pokoknya hal apapun yang bisa membayar semua lelah.”
Hmm. Sangat menarik! Memberi penghargaan kepada diri sendiri. Sebuah hadiah ketika telah selesai melakukan sesuatu. Tentunya untuk tugas yang benar-benar menguras tenaga, waktu, dan emosi saat menyelesaikannya. Tak ada salahnya mencoba, lho.

Sejak saat itu hingga sekarang, saya kerap melakukannya. Mirip-mirip “me time”. Ketika merasa malas atau bingung menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, segeralah pasang target. Kapan tugas harus segera selesai. Sejauh mana kesanggupan kita. Kerjakan dan disiplinlah.
Jangan memikirkan hal lain. Fokus saja pada pekerjaan. Selesaikan satu persatu sembari membayangkan apa reward yang ingin kita hadiahkan pada diri sendiri. Apakah bakso beranak dobel porsi, ramen level sangat pedas, nonton film kesukaan di youtube lebih lama, dengar musik seharian, dan sebagainya. Jika mendapat bonus bayaran dari pekerjaan atau lemburan. Bisa dipakai untuk diri sendiri atau mentraktir teman, suami atau anak-anak. Terserah Sobat DLZers.

Kenapa perlu menghadiahi diri sendiri? Sebab itu salah satu kunci untuk tetap bahagia dan semangat menjalani semua tugas keseharian kita. Tidak perlu menuntut orang lain memberikan apresiasi, kita saja yang membahagiakan diri sendiri. Sah-sah saja, kok. Bentuk bersyukur juga salah satunya adalah dengan membahagiakan diri sendiri, kan? Asalkan tetap sesuai norma agama.
Jadi, yuk, hadiahi diri kita dengan sebuah hadiah. Jika belum, boleh dicoba dan rasakan hidup akan terlihat lebih menyenangkan. Lebih bersemangat menyambut tugas-tugas selanjutnya. Jika sudah, mari pertahankan dan selalu lakukan. Agar diri selalu bahagia, sehingga aura bahagia juga menulari orang-orang di sekitar kita.
Salam literasi.
20 September 2020.
Editor: DlZ’s crew
Gambar: Canva, Vivo’s pict
dailyliteracyzone.com/rheailhamnurjanah
Mae Maemunah
21/09/2020 at 09:11Betul banget saya juga suka melakukan itu, terkadang jika belum sempat beri hadiah di akhir pekan saya beri hadiah diri dengan mkan bakso, gpp sendiri tapi menikmati kebahagiaan tersendiri
DLZ Admin
21/09/2020 at 13:39Sederhana tetapi menyenangkan, ya? 😊